Archives

gravatar

Naze ato ni mairimas ka

Akulah aku yg membelah nasib dengan pisau pengharapanku, lalu kelak akan merunduk di hadapan takdir.... 

Hey patung perunggu di atas meja rias ibuku, tahukah kamu dibalik kekurangan dan kelebihan aku sebagai manusia, aku lebih sempurna dibanding kamu, dibanding sisir, dibanding kuda laut, dibanding jin, setan dan malaikat sekalipun. Masa bodoh dengan Winston Churcill atau siapapun yang mengatakan tak ada manusia yang sempurna, beda pemikiran itu biasa. Coba kau ubah cara pandangmu tentangku agar kamu jadi  terbiasa dan itu jauh lebih mudah, daripada kamu lelah merubah caraku yang tidak sama dengan caramu.
....................readmore

gravatar

Chapter 19 - Perburuan Gembong Teroris (TAMAT)


Laksana Pahlawan peyelamat bumi, kami berlari menembus dinginnya dinihari kota Stanley. Jika saja kalian berada disitu, pasti kalian akan menganggap kami adalah Batman dan Robin, tapi sayangnya kalian tidak sedang berada disitu.

Saya  berlari di depan Poleng dengan pandangan lurus kedepan, sementara Poleng setia mengikuti, dan sesekali ia menengok ke belakang seolah dikejar waktu, yang terus mengejar kami dengan menggunakan motor bebek.

14 tikungan dan 6 tukang tambal ban telah kami lewati, sampai akhirnya kami berhenti.

“Poleng kita akan kemana?”, tanya saya dengan nafas yang terpenggal-penggal.

“wau wau”, jawab Poleng yang maksudnya “saya juga bingung mau kemana kita?”.

....................readmore

gravatar

Chapter 18 - Malaikat Maut


Suasana mellow berakhir ketika Ki Joko Bolon yang sudah berdiri di atas mimbar mulai membacakan sebuah mantra dengan bahasa asli suku Maya.

tongboroborosia…… tongboroborosia……..ainggelieurrrrrrrr……. macacaritaieu”, katanya dengan penuh penghayatan. Mantra itu dibacakan berulang kali, kemudian diikuti oleh peserta upacara yang lain, sehingga menimbulkan kesan mistis yang begitu mendalam. Sampai-sampai Poleng dengan semangat ikut larut membacakan mantra itu.

“Anda diam saja!”, perintah Ki Joko Bolon kepada Poleng.

“wau wau”, jawab Poleng yang artinya “maaf, saya terbawa suasana”.

....................readmore

gravatar

Chapter 17 - I Will Survive


Rasanya tenaga para prajurit Suku Maya itu bukanlah tandingan saya, walau telah berusaha berontak, tapi justru cengkraman tangan mereka semakin kuat seakan menusuk tulang belulang. Dengan kasar mereka menyeret saya dan Poleng ke dalam kamar mandi. “wau wau”, teriak Poleng sambil meronta-ronta, yang artinya “saya sudah mandi…. saya sudah mandi!!”. Tapi prajurit itu tetap memasukkan kami ke dalam ruangan yang berukuran 2 x 2 = 4 itu.

Seorang prajurit menyumpal mulut Poleng dengan sikat wc, agar Poleng berhenti menjerit-jerit. Sementara seorang prajurit lainnya langsung menekan saklar yang saya kira untuk lampu, ternyata saklar itu untuk membuat surut air di lubang kloset. Dari lubang kloset yang sudah tanpa air itulah, terlihat tangga yang menurun menuju ruangan bawah tanah.

....................readmore

gravatar

Chapter 16 - Pembantaian Penguasa Air


Seharusnya pagi ini terasa indah, andai saja hati ini tidak gelisah. Semilir angin Samudra Atlantik tidak serta merta mendinginkan kepala ini yang terasa panas. Bagaimana tidak panas, semalaman tidur sambil berdiri, sambil dibungkus jubah tebal yang membuat mandi keringat.

Saya berpikir begitu enaknya jadi orang lain, bisa sibuk dengan urusan pribadinya. Tapi saya? Harus memikirkan nuklir, harus menyelamatkan dunia. Namun mungkin Tuhan telah menggariskan takdir saya sebagai pahlawan penyelamat bumi. Sempat terfikir untuk segera menyiapkan design baju ala superhero, tapi yang pasti lebih sopan, setidaknya dengan kolor di dalam. Tapi sayang, saya tidak punya kenalan tukang jahit.

....................readmore

gravatar

Chapter 15 - Perang Nuklir


Sebuah penerbangan panjang dan melelahkan. 26 hari kami berada di dalam pesawat, bukan karena jarak yang jauh, tetapi karena pesawat sempat mogok, habis bensin. Sedang di angkasa tidak ada pom bensin. Kamipun menunggu pesawat lain yang lewat untuk meminta bantuan, setidaknya untuk meminta beberapa liter tetesan bensin, tetapi malangnya tidak ada yang mau berhenti.

Sampai akhirnya ada seorang pengemudi UFO yang baik hati, Alien dengan ahlak yang sungguh terpuji, dia menawarkan bahan bakar, tapi sayang UFO itu menggunakan solar, dan sang Alien menawarkan solusi lain, tak ada bensin tambang pun jadi, pesawat kami di derek UFO menggunakan tambang, sampai ke sebuah penjual bensin 2 tak di atas langit kota Tokyo.

....................readmore

gravatar

Chapter 14 - Penerbangan 05


Saya memasuki pesawat berwarna merah dengan strip putih di sekelilingnya, di kaca belakang pesawat tertulis ‘Ku Tunggu Jandamu’. Apa maksudnya? Entahlah, mungkin hanya Pilot yang tahu.

Saya memilih tempat duduk dekat jendela, maklum saya merokok, lagipula pesawat ini memang non-AC. Sementara Poleng memilih selonjoran di depan toilet. Ada 2 keuntungan bagi Poleng memilih tempat disitu, pertama, ketika petugas pemeriksa tiket datang, ia bisa langsung bersembunyi di toilet. Kedua, memang sepertinya Poleng mulai terserang sakit perut karena rujak yang dimakannya di bandara.

Tiba-tiba Mas Slamet duduk di sebelah tempat duduk saya. Masih dengan rompi penuh bom.
assalamu ‘alaikum”, sapa Mas Slamet sambil menyalami tangan saya erat-erat.

wa ‘alaikum salam”, jawab saya mantap.

....................readmore

gravatar

Chapter 13 - Bagian Yang Hilang


“nih, Pa Haji”, ucap saya singkat sambil menyimpan bungkusan opak di atas meja.  Haji Odang yang sedang duduk santai pada sebuah dipan di teras rumahnya kemudian tertawa sepertinya puas telah mempermainkan kami. Poleng berdiri dengan posisi tidak mau duduk, itu tandanya marah.

“sudah ya Pa Haji, saya mau ke Mesir, mumpung masih siang”, kata saya sambil berdiri meninggalkan Haji Odang yang masih tertawa.

“Sebentar…sebentar… buru-buru amat!”, kata Pa Haji mencoba menahan kami. Kemudian ia membuka bungkusan opak itu, dan mengambilnya satu persatu kemudian dengan cekatan ia menyusunnya bagai sebuah puzzle di atas dipan-nya.

....................readmore

gravatar

Chapter 12 - Menguji Kesabaran


Tenaga kami sudah terkumpul kembali, sehingga siap untuk mendaki tebing yang terjal. Tanpa alat panjat, kami nekad melakukan ini. Poleng duluan, saya belakangan, saya takut ketinggian, tapi begitu melihat Poleng melakukan dengan mudah, akhirnya saya coba memberanikan diri.

Poleng sudah ditengah-tengah tebing, wajahnya sesekali melihat ke arah Hutan Larangan, sambil bersiul-siul. Sedangkan saya belum 2 meter dari tanah, tapi sudah jatuh lagi. Tangan ini langsung lecet-lecet. Melihat saya yang tidak menunjukkan kemajuan Poleng kemudian turun lagi.

“Jangan Poleng, sayang sudah setengah jalan, lanjutkan!”, teriak saya bagai SBY.

....................readmore

gravatar

Chapter 11 - Cinta Buta


Saya segera menghadap Neng Dedeh dan orang tuanya, untuk menanyakan keputusan terakhir dari mereka, apakah Neng Dedeh mau menerima, dengan proses saya akan menyelesaikan urusan terlebih dahulu kemudian istikharah, atau Neng Dedeh akan memilih lelaki lain?

“saya mau menunggu, Kang”, jawab Neng Dedeh dengan mata berbinar penuh pengharapan.

“kalau ternyata hasil dari istikharah itu ternyata bukan Neng Dedeh?”, tanya saya lagi-lagi memastikan bahwa Neng Dedeh telah mengerti dengan konsekuensi pilihannya itu.

“saya percaya pada petunjuk Allah…”, jawab Neng Dedeh mantap.

....................readmore

gravatar

Chapter 10 - Dedeh Atau Mati !!!


Bahagia campur was-was. Itulah perasaan yang saya rasakan ketika hasil pengumuman pemenang diumumkan. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, saya berhasil lolos ke babak Final, ternyata jawaban jujur saya tidak dapat mengalahkan hati Neng Dedeh  yang sepertinya telah terpaut pada saya. Tapi di lain sisi, hati saya sangat gelisah. Menghadapi babak Final, yang mengharuskan pesertanya untuk bertarung sampai mati. Kondisi diperparah ketika mengetahui bahwa lawan saya adalah Wong Fei Hung, pendekar dari Cina yang merupakan alumnus terbaik dari perguruan Kung Fu “Ba Cok Weh”.

Saya tidak takut sebenarnya, cuma sedikit gentar. Maklum saya bukan pendekar, tidak pernah ikut bela diri, satu-satunya pengalaman duel adalah ketika kalah melawan Ryu saat kelas 1 SMP, itu pun lewat ding dong, saat musim-musimnya main game Street Fighter.

....................readmore

gravatar

Chapter 9 - Kejujuran Di Ruang Sidang


Adalah fitnah yang ditimbulkan oleh Kapten Hook yang membuat peserta lain seolah-olah membenci saya. Ia bilang bahwa sayembara ini penuh kecurangan, pemenang sebenarnya telah dipersiapkan, dan itu adalah saya.

“masa adzan fals saja bisa lolos?”, begitulah hasutan dari Kapten Hook kepada pendekar lain yang berkumpul, ketika dia tidak mendapati namanya di antara 10 orang yang lolos ke babak 3.

Fitnah yang awalnya hanya memojokan mengenai lolosnya saya ke babak Test Pengujian, rupanya semakin melebar pada topik lain, ada yang mengatakan bahwa saya adalah keturunan Yahudi yang belum disunat, ada juga yang mengatakan bahwa sayembara ini mendapatkan kucuran dana dari Bank Century. Yang lebih tidak masuk akal adalah ketika gosip berembus kencang bahwa sebenarnya saya adalah Ariel Peterpan!.

....................readmore

gravatar

Chapter 8 - Kemampuan Tanpa Kemampuan


Waktu menunjukan jam 12.30. Setelah acara pembukaan dengan sambutan dari Ketua RT.03 yang panjang dan bertele-tele, kemudian dilanjutkan dengan rehat Shalat Dzuhur, maka acara puncak sayembara pun dimulai. Sayembara memperebutkan hadiah utama Neng Dedeh  itu, terbagi ke dalam 4 babak dengan sistem gugur.

Babak Pertama adalah Tes Kemampuan Dasar, dimana para peserta wajib menjawab 100 soal pilihan ganda campuran yang diberikan oleh Panitia dalam waktu 3 menit. Dari babak tersebut, diambil 20 peserta dengan nilai tertinggi.

Selanjutnya Babak Kedua adalah Tes Keahlian, dimana para peserta yang lolos babak Pertama wajib mempertontonkan segenap keahlian yang dimilikinya. Di babak ini, penilaian dilakukan oleh Dewan Juri yang disumpah tidak akan bisa disogok maupun disuap. Neng Dedeh  sendiri, di babak ini memiliki hak untuk memberikan wild card  kepada 1 orang kontestan yang dianggap pantas menurutnya. Dari Babak Kedua ini diambil 10 orang yang berhak mengikuti babak selanjutnya.

....................readmore

gravatar

Chapter 7 - Dedeh Sang Primadona


Usai shalat Subuh, saya tidak langsung membangunkan Poleng, dipikir-pikir kasihan juga, ia belum merasakan tidur di ranjang. Lagipula kami tidak akan langsung melanjutkan perjalanan, tetapi akan ikut dulu Sayembara di Kampung Nongtot Jodo. Sayembara dibuka jam 8 pagi, masih ada waktu sekira 3 jam, lumayan bisa dipakai untuk persiapan, menyiapkan jurus yang nanti akan dipakai di perlombaan.

Tapi saya baru sadar, kalau saya belum pernah belajar bela diri. Jangankan jurus, berkelahi saja saya tidak pernah. Tapi demi menjaga harga diri di depan semua orang termasuk Poleng, saya tetap nekad mengikuti sayembara ini. Jujur saja, nanti di ajang sayembara itu saya akan total mengandalkan Poleng, dengan badannya yang besar serta tenaganya yang kuat, saya yakin tidak ada satupun pendekar yang bisa menandingi kekuatannya.

....................readmore

gravatar

Chapter 6 - Penginapan Tanpa Rasa Nyaman


Memasuki ruangan kamar penginapan dengan kelelahan yang luar biasa, ini baru lagi dirasakan, tepatnya sejak saya terakhir kali berolah raga saat pelajaran EBTA Praktek di kelas 6 SD dulu.

Pemilik kamar penginapan ini saya yakin tidak punya maksud untuk berkonsep tradisional, tetapi memang begitulah keadaannya, dibuat apa adanya. Ranjangnya hanya satu, ukurannya hanya cukup untuk satu orang. Sebenarnya bisa saja meminta extra bed, tapi katanya harus ngambil sendiri, maksudnya ngambil sendiri dari rumah masing-masing.

Pintu kamarnya seperti pintu di saloon film cowboy, sehingga tidak ada privasi sama sekali, tapi saya orang yang selalu bersyukur. Saya anggap dengan pintu ini, bisa menyelamatkan kami dari fitnah orang-orang yang menganggap saya dan Poleng akan melakukan kegiatan yang tidak terpuji di kamar ini.

....................readmore

gravatar

Chapter 5 - Reuni Para Pendekar


18 jam sudah perjalanan dilalui, tapi puncak Ciremay belum juga terinjak. Sejak setengah perjalanan terakhir yang ditemui hanyalah hutan ilalang. Bersyukurlah kini, ketika kami yang telah lelah mendapati sebuah perkampungan.

Perkampungan dengan konsep minimalis, rumah-rumah tanpa atap, dindingnya dari gorden, pintunya terbuat dari kancing.

Rupanya sedang musim panen disana, jalanan tanah merah dipenuhi oleh samak-samak mengalasi padi yang mereka jemur setelah dicuci untuk kemudian nanti disetrika.

“Hey Keparat!”, tiba-tiba suara hardikan sepertinya dialamatkan kepada kami.

....................readmore

gravatar

Chapter 4 - 3 RUT JA 500 LET


“hmm... ini pasti type sandi Chloxterafiztrus”, gumam H. Odang dari Citapen yang memang terkenal ahli memecahkan sandi-sandi rahasia sejak tahun 1933.

“jadi apa maksudnya, Pa Haji?”, ujar saya sudah tidak sabar.

“ini terdiri dari 2 bagian, yaitu 3 RUTJA dan 500 LET”, kata H. Odang menerangkan.

“terus.. ?”, saya bertanya dan Poleng menyelipkan amplop kedalam saku Pa Haji. Setelah merasa ada sesuatu yang masuk dalam saku batiknya, H. Odang melanjutkan bicara.

....................readmore

gravatar

Chapter 3 - Konspirasi Odading


Pukul 15! Salah apa 15, hingga menyebabkan ia dipukul?. Oh tidak, maksudnya itu tadi adalah jam. Tak seperti biasanya saya bisa bangun di pagi buta, disaat orang-orang segera pulang meninggalkan kantor. Kurasa matahari masih malu-malu tergelincir, tak disangka ternyata matahari punya sifat pemalu, karena itu saya tak pernah langsung melihatnya, nanti dia malu, nanti saya silau.

Saya harus segera ke Polsek Cairo, menemui Kapolsek, mengurus Mimin, membongkar konspirasi. Tapi lebih baik Ashar dulu, menghadap Tuhan! Itu jauh lebih penting daripada bertemu Kapolsek. Karena Tuhan bisa menciptakan langit dan bumi, sedang Kapolsek tidak.

Selepas shalat, saya berdo’a dulu, seperti kebiasaan orang-orang suci lainnya.

....................readmore

gravatar

Chapter 2 - Penelepon Misterius


Adalah Mimin Mintarsih binti Omo Asikin yang membuat gelombang tsunami dalam darah pada tubuh saya yang membeku. Detak jantung seolah 4 kali lebih cepat dari tempo double pedal sebuah lagu Avenged Sevenfold yang terkeras, itu terjadi setiap kali saya memandang wajahnya.

Tapi siapa Mimin? Dia hanya seorang mahasiswi fakultas pemudi dan olahragi pada sebuah Universitas di Cairo. Selama menetap di Mesir dia menyewa sebuah flat di Sarijadi, Bandung. “Mengapa Sarijadi?”, tanyaku suatu kali sambil melahap baso tahu yang bumbu kacangnya terasa tengik. “lebih murah kang”, jawab Mimin dengan suara yang istiqomah.

....................readmore

gravatar

Chapter 1 - Intro


Pagi hari yang cerah,  saya buka jendela kamar, tampak sisa hujan salju tadi malam.

Tepat di depan jendela kamar terhampar telaga luas nan tenang, 2 lumba-lumba berlompatan menyambut pagi, yang satu bernama Poleng, satunya lagi temannya Poleng. Mereka lumba-lumba air tawar, yang saya beli di toko Ikan Hias dari jalan Karapitan, Bandung - Indonesia. Dibeli saat mereka masih bayi, saya kira impun.

Sedang di tepian telaga bagian utara, terlihat pelangi melengkung anggun. Ada 7 orang bidadari sedang mandi disana. Apa di surga kurang air hingga mereka numpang mandi di bumi? Saya tidak peduli, mungkin sedang kemarau disana.

....................readmore

gravatar

Lari

Sementara bocah itu terus berlari hingga kini ia dewasa, mengejar waktu yg tlah jauh meninggalkannya.
Ia trus berlari menuju langit utara menembus gemilang cahaya langit malam Tawur Agung, lalu menukik ke arah puing2 kota Bodhgaya, menembus senyap puluhan malam Yom Kippur, menggigil di bekunya malam Natal, melangkahi tanah amis Padang Karbala, dan melesat di keheningan 5 malam ganjil akhir Ramadhan..
Ia seolah tak pernah berhenti. Apa yg kau cari? sampai kapan kau terus berlari? Sedang 3 sajadah di laci kamarmu mungkin kini tlah berdebu..
#tamat#
....................readmore

gravatar

Poin 4

Tahun 2410

Sebelum tapal batas kota Athena, tepatnya di pesisir pantai Colchis,bocah itu menghentikan pelariannya. Ia baru sadar bahwa waktu tak dapat dikejar, beginilah rumusnya :
waktu x masa jenis air laut / 365 putaran bumi = sinus 92,5 akar 14 dalam satuan kecepatan cahaya, maka apabila diintegralkan akan = jarak antara lutut terhadap troposfer, maka itu sangat korelatif dengan standar deviasi pertumbuhan ekonomi dibagi sigma derajat celcius inti bumi dibagi 22/7 !!!!
Mengagumkan bukan? (lebih lengkapnya lihat buku "Piwulang Basa" karya Tjetje Soeganda, hal.14)

Setelah menemukan rumus diatas, si bocah kemudian berkata, "balik ah..."
....................readmore

gravatar

Poin 3 :Tjatatan Pedjoeang

Akoe ingin djadi bendera.. Disandjoeng dan dipoedja.. Dihormat koe pa tjamat, ditjioemi soesi soesanti.. Akoe maoe djadi nica ataoe sekoetoe, romantis bontjengan slaloe.. Akoe ingin merdeka! Makan soes troes njebrang ke bip.
....................readmore

gravatar

Sepi Birthday

Usia, siapa dirimu? Apa wujudmu? Bahkan aku tak mengenalmu! Tapi mengapa kau terus mengikutiku? Seolah menempel jadi benalu di hidupku. Hingga orang menganggap kamu adalah aku..... Dan mulai kini, biarkan aku menjadi manusia tanpa usia, bebas konversi setiap duka menjadi canda, tanpa ada lagi yg menyebut "kamu sudah tua.....". New Delhi 3909
....................readmore

gravatar

Maaf...

Maafkan aku yang mendekatiMu, tanpa maksud mendapatkanMu...
Maafkan aku yang coba merayuMu, hanya sekedar untuk memuaskan egoku...
Maafkan aku yang tak pernah bisa jujur, akan kehambaanku...

Kau tak pernah mengambil kesombonganku, tapi kini aku yang menyerahkan itu padaMu...
....................readmore

gravatar

Desember

Senja Desember hari ke dua puluh,
mendadak jiwa ini begitu rapuh…

Aku sadar, ternyata diriku bukanlah golongan ahli syukur……
Jika aku tak bersyukur pada-Mu ya Allah…
dan bila aku tak bersyukur pada kedua orang tuaku…
seperti perintah suci-Mu dalam Luqman ayat ke-14.

Ya Allah, wajarlah bila Engkau berpaling dariku....
Karena aku tak mampu berbakti dan berbuat baik untuk kedua orang tuaku.

Ya Allah, aku mengabaikan perintah-Mu......
Karena dari lisanku pernah keluar perkataan yang tidak menyenangkan hati mereka,
dan juga dari lisanku, tak pernah terucap perkataan yang mulia bagi mereka....

Padahal semua itu, telah Engkau ingatkan dalam surah al-Isra ayat 23 dan 24....
“Dan rendahkanlah terhadap mereka berdua sayap kerendahan karena kasih, dan doakanlah kepada Tuhanmu: Ya Tuhanku! Berilah rahmat mereka itu, sebagaimana mereka telah memeliharaku di waktu aku masih kecil."

Tulikah aku?
Ketika Rasulullah Saw. berulang kali mengatakan,
“Salah satu perbuatan yang paling disukai Allah adalah berbakti kepada orang tua”

Bodohnya aku yang melupakan….
Ketika Nabi yang mulia pernah bersabda,
“Salah satu dosa yang paling besar di antara sekian dosa besar adalah durhaka kepada orang tua”.

Celakanya aku yang mengingkari pesan sang Nabi….
“Satu dari tiga orang yang tidak akan masuk surga adalah orang yang durhaka kepada kedua orang tua” .

Sungguh meruginya aku yang tertahan di pintu surga,
Karena Rasulullah Saw. pernah bersabda….
“Sungguh kecewa, sungguh kecewa, sungguh kecewa (dan hina), siapa yang mendapatkan salah satu orang tuanya atau keduanya sampai usia lanjut, kemudian ia tidak dapat masuk surga.”

Maka aku tak perlu menyalahkan siapapun kecuali aku….
Bila mereka pernah aku sakiti, hingga suatu saat mungkin aku terpuruk…
Karena aku tahu Nabi Saw. juga pernah bersabda…
“Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemukaan orang tua.”
"Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai nanti hari kiamat apa saja yang Dia kehendaki, kecuali durhaka kepada dua orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunya dalam hidupnya sebelum meninggal."

Wahai Ibu, sungguh Allah begitu menyayangi dan memuliakanmu....
Sampai-sampai Dia menggambarkan perjuanganmu dmunalam surah al-Ahqaf ayat ke-16
Yaitu ketika engkau mengandung, melahirkan dan membesarkanku....

Jika Allah yang Maha Besar menyayangi dan memuliakanmu...
Maka hinalah aku yang begitu sombong tak menyayangi dan memuliakanmu....

Siapakah aku, hingga merasa pantas berlaku sombong untuk mereka?
Aku malu ketika surah Yusuf ayat 100 dibacakan….
Kisah tentang Nabi Yusuf a.s. yang seorang raja….
Dengan penuh kesantunan, ia naikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana.

Aku mengingatmu Ibu…
Saat dulu aku masih terlelap,
Dirimu bangkit melawan dinginnya malam….
Beranjak untuk berwudhu, lalu di sepertiga malam engkau bersujud…
Dengan air mata, dari lirih suaramu terlantun do’a…..
“semoga anakku menjadi anak yang shalih”.

Maka semogalah kini aku menjadi anak yang shalih itu, Ibu.
Sebagai jawaban atas do’amu yang dulu….
Hingga semoga bila kini aku berdo’a,
maka do’aku itu akan tiba padamu…. sebagai cahaya.

Maka akankah datang sebuah waktu?
Dimana aku bisa membuatmu tersenyum, sebagaimana pernah kubuat engkau menangis....

Maka akankah datang sebuah waktu?
Dimana engkau saat sendiri, lalu akulah yang seharusnya menemani....

Maka akankah datang sebuah waktu?
Dimana sekali-kali aku takkan berjihad, sebelum aku berjihad untukmu....

Maka akankah datang sebuah waktu?
Dimana aku mengucapkan selamat hari Ibu, sedangkan setiap hari bagiku adalah harimu....



In memoriam
Ibu.....
....................readmore

gravatar

7 Putaran

Round 1
Dibuatnya seseorang terjaga, saat terlelap di pelangi surga...
Datang dengan atau tanpa cahaya, melalui pandangan mahluk Tuhan yang berbeda.
Menjelmalah manusia biasa menjadi luar biasa... atau mungkin sebaliknya?

Round 2
Belajar dari semesta, menyentuh apa yang tak orang sentuh...
Mencoba mengingat pelukanNya, lalu ia pun peluk apa yang tak orang peluk...
Bidadari dan Ksatria Surga lantas tersenyum, dengan senyum mereka panggil namanya!

Round 3
Wahai api yang bersemayam di alam gelap, tertawalah kalian bersama berlabuhnya pembual mimpi...
Di kala sikap berakhir sesat, cahaya itu hanya sesaat..
Bidadari menangis, bidadari terluka, bidadari menangis, bidadari terluka.. bidadari itu pergi...

Round 4
Bangkit dengan ringkih membuka tabir... maka terkuaklah senyawa kebencian
Tanpa lelah udara lain ia hisap... namun yang didapat hanya kebohongan
Seperti lalu... itu yang diingini, maka ia pilih melepas rantai yang mengekang

Round 5
Seluruh jeritan jiwa yang terlepas bersama angin yang menyapu debu Kurusetra...
Nada itu terdengar lagi, mengoyak keheningan nyanyian hujan, terulang persis di hadapan lelaki rapuh...
Yang juga kini penuh dendam... ajaran suci para leluhur!

Round 6
Kini seharusnya luka tak lagi jadi cerita...
Namun ruh dari anjing-anjing rakus selalu saja merasuki mereka...
Dengan fikirannyalah ia menarik para pendusta menjadi angan yang mudah binasa.

Round 7
Ia melihat apa yang tidak orang lihat, maka percayalah...
Ia merasa apa yang tidak orang rasa, maka menderitalah...
Sedang ia terlanjur berubah...
Jika ini imajinasi, mungkin ini terlalu liar...
Jika ini realita, ini tak seharusnya benar...
Ini bukan kisahmu, semoga tidak berakhir sampai disini...
....................readmore

gravatar

Mutiara Berkata

1. sukses itu kebiasaan, gagal itu kebetulan.

2. bila cinta adalah sampah, bahagialah para pemulung.

3. jika benar bahwa hal2 yg menakjubkan berawal dari mimpi, maka mengapa kita tidak memperbanyak tidur?

4. jika selingkuh dianggap lumrah, pastilah setia dianggap camat.

5. jangan mau digoda setan, emangnya kita manusia apaan?

6. jika melupakan seorang saja butuh waktu seumur hidup, bagaimana bisa kita melupakan 2 orang atau lebih?
....................readmore

gravatar

Siapapun yang mendahuluiku, titip rindu buat ibu.....

.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... itu saja.
....................readmore

gravatar

Tanpa Perlu Judul

Bila kelak namaku ada di belakang namamu,
Tetaplah kau berdiri di belakangku, sekalipun kau merasa mampu tuk melaju...
Karena aku pemimpinmu, yang akan menuntunmu,
Sampai kita kembali pada yang memiliki...
....................readmore

gravatar

Poin 2

Kulihat Ibu Pertiwi..... di dalam angkot, yang penuh sesak oleh manusia, karena memang jin jarang naek angkot.
Ibu Pertiwi, air matamu berlinang, nyurucud membasahi angkot, membanjiri Jakarta... oh kasian.
Ibu Pertiwi, mengapa menangis? Apa ditinggal suami pergi dinas ke luar kota?... oh kasian.
Ingin menghiburnya, memeluk, membelainya, apa daya Ibu Pertiwi bukan muhrim... maaf.
Akhirnya saya peluk lemari, yang sengaja saya bawa... sekedar untuk menemani.

Tiba di simpang jalan, angkot berhenti bukan karena lampu merah, tapi sopir angkot ingin melihat monyet... hiburan.
Tampak monyet usia belia, seumuran Justin Beiber tapi beda nasib, yang satu artis, yang satu monyet... oh kasian.
Monyet yang penuh gaya, tapi demi Allah saya tidak tertarik... karena saya sudah punya pacar.
Lalu datang pengamen muda, dengan dandanan punk... menyanyi lagu Ibu Pertiwi...
Andai Johnny Rotten masih hidup, pasti ia mati lagi, penerusnya berlagu seperti itu...
Sampailah pada lirik "air matanya berlinang, mas Anang yang kau kenang..."

Segala simpati pada Ibu Pertiwi mendadak hilang, ternyata ia ada main dengan Anang....
Kemudian saya menghardiknya, "Ibu Pertiwi.. Ibu Pertiwi, harusnya kau takut pada suami, melebihi ketakutanmu pada tsunami"
Saya lalu turun dengan emosi, dengan lemari, dengan ban serep angkot, yang saya bawa turun... maklum emosi.
7 langkah dari pintu angkot saya menoleh, tampak dibalik kaca angkot yang berdebu vulkanik, Ibu Pertiwi semakin menangis... tapi saya sudah tak peduli.


Maladewa, 8 Nopember Tahun Gajah
Ditulis saat akan pergi ke Haji.........  Haji Roni di Ciganitri.
....................readmore

gravatar

Catatan Yang Paling Sulit Dipahami Diantara Catatan Yang Sulit Dimengerti

Goresan di atas pasir ini ringan dan sederhana, dan apa yang kita tulis ada yang mencatat...

Mengangguklah perlahan... menuntunku keluar dari taman labirin
Terbangunkanlah harapan, membentuk air hujan, meninggalkan awan hitam
Jejak langkah terlanjur menuju rumah kebadian, maka terlalu bodoh untuk berbalik arah,
Ketidakteraturan ini.... kesempurnaan ini... pasti datang lagi dengan cara yang berbeda...
....................readmore

gravatar

Kan!

Apalah dirimu saat coba tersenyum di kerumunan Stade de France... dibalik mantel birumu aku tau ada luka...
Aku masih disini, setia pada Siliwangi... dibalik raga manusiaku masih memuja sang juara, ada atau tanpa dirimu...
avez-vous se souviennent encore sur un siège cassé? biarlah menjadi kisah sampah.

Siapapun yang bersamamu menyusuri sungai Seine... dibalik topeng bidadarimu aku tau ada air mata...
Aku tetap disini, setia pada Cikapundung... ngadeg di dayeuh nu heurin ku tangtung..... Shangri-la dilingkung gunung!
garder le sourire en lisant cette note, si vous êtes vraiment heureuse avec lui. Berjanjilah!

Aku tetap menghormatimu saat kau lantunkan tiga baris awal Ave Maria...
Seperti engkau menghormatiku saat membacakan surah Ali Imran ayat 42...
Karena sampai disitu kita tak beda.....
....................readmore

gravatar

Poin 1

12 jam yang lalu....

Saat gelap bersalin terang, matahari terkerek di ujung timur jauh. Pagi yang memberi harapan, yang sebenarnya nyaris mirip dengan kebohongan yang berulang-ulang dan terus dipercaya.
Seorang putra bangsa melangkah ke sebuah kerumunan manusia pagi, dimana sebuah gerobak kupat tahu menjadi pusat pusarannya.

Sebagai seorang mantan samurai, putra bangsa itu sedikit membungkuk untuk memberi hormat kepada si emang kupat tahu.
"mang, tilu rebu-eun...", ujarnya tenang.
Dengan cekatan si emang menggoreng tahu, membelah kupat, menyiduk bumbu dan ngarawu kurupuk... sebuah gerak tangan yang mempesona bagaikan Herbert von Karajan ketika memimpin sebuah orkestra! Sayangnya tidak ada yang tahu siapa nama si emang sebenarnya, tidak ada satupun pembeli yang berani menanyakan nama si emang, entah sungkan atau apa... biarlah itu menjadi rahasia.

Setelah menerima pesanannya, putra bangsa itu kemudian duduk di sebuah bangku, meskipun di hadapannya terhampar meja yang jauh lebih luas, tapi dia tetap memilih bangku sebagai tempat duduk... karena memang begitulah seharusnya.
Putra bangsa lalu berdoa, setelah itu menyuapkan tahu, kemudian toge dan kuahnya, lalu kupat, lalu kurupuk.... setelah itu ia menghela nafas.
Tapi diluar perkiraan, dibagian keduanya yang pertama ia makan justru toge, lalu tahu, kemudian kuah, dan terakhir kupat... tanpa sekalipun ia menyentuh kurupuk! Cara makan yang seperti sengaja dibuat acak... seperti sengaja mengelabui kita.

Setelah semuanya habis, prosesi sarapan kupat itu diakhiri dengan meminum teh.... "srruuppppt" begitu bunyinya, bunyi yang sebenarnya tidak aneh, tapi menjadi aneh jika dijadikan sebuah cerita.

TAMAT
....................readmore