gravatar

Poin 2

Kulihat Ibu Pertiwi..... di dalam angkot, yang penuh sesak oleh manusia, karena memang jin jarang naek angkot.
Ibu Pertiwi, air matamu berlinang, nyurucud membasahi angkot, membanjiri Jakarta... oh kasian.
Ibu Pertiwi, mengapa menangis? Apa ditinggal suami pergi dinas ke luar kota?... oh kasian.
Ingin menghiburnya, memeluk, membelainya, apa daya Ibu Pertiwi bukan muhrim... maaf.
Akhirnya saya peluk lemari, yang sengaja saya bawa... sekedar untuk menemani.

Tiba di simpang jalan, angkot berhenti bukan karena lampu merah, tapi sopir angkot ingin melihat monyet... hiburan.
Tampak monyet usia belia, seumuran Justin Beiber tapi beda nasib, yang satu artis, yang satu monyet... oh kasian.
Monyet yang penuh gaya, tapi demi Allah saya tidak tertarik... karena saya sudah punya pacar.
Lalu datang pengamen muda, dengan dandanan punk... menyanyi lagu Ibu Pertiwi...
Andai Johnny Rotten masih hidup, pasti ia mati lagi, penerusnya berlagu seperti itu...
Sampailah pada lirik "air matanya berlinang, mas Anang yang kau kenang..."

Segala simpati pada Ibu Pertiwi mendadak hilang, ternyata ia ada main dengan Anang....
Kemudian saya menghardiknya, "Ibu Pertiwi.. Ibu Pertiwi, harusnya kau takut pada suami, melebihi ketakutanmu pada tsunami"
Saya lalu turun dengan emosi, dengan lemari, dengan ban serep angkot, yang saya bawa turun... maklum emosi.
7 langkah dari pintu angkot saya menoleh, tampak dibalik kaca angkot yang berdebu vulkanik, Ibu Pertiwi semakin menangis... tapi saya sudah tak peduli.


Maladewa, 8 Nopember Tahun Gajah
Ditulis saat akan pergi ke Haji.........  Haji Roni di Ciganitri.