Chapter 12 - Menguji Kesabaran
Tenaga kami sudah terkumpul kembali, sehingga siap untuk mendaki tebing yang terjal. Tanpa alat panjat, kami nekad melakukan ini. Poleng duluan, saya belakangan, saya takut ketinggian, tapi begitu melihat Poleng melakukan dengan mudah, akhirnya saya coba memberanikan diri.
Poleng sudah ditengah-tengah tebing, wajahnya sesekali melihat ke arah Hutan Larangan, sambil bersiul-siul. Sedangkan saya belum 2 meter dari tanah, tapi sudah jatuh lagi. Tangan ini langsung lecet-lecet. Melihat saya yang tidak menunjukkan kemajuan Poleng kemudian turun lagi.
“Jangan Poleng, sayang sudah setengah jalan, lanjutkan!”, teriak saya bagai SBY.
Tapi Poleng tetap turun, dan memberikan tips yang luar biasa.
“wau wau”, kata Poleng yang artinya “Tuan, sesungguhnya ingus ini yang membuat saya begitu cekatan, jika ingus ini kita lumuri pada telapak tangan, maka akan menjadi lengket dan kenyal apabila ditempelkan pada tekstur bebatuan tebing ini.”
Poleng menyerahkan sedikit ingusnya untuk saya, sepertinya sayang kalau diberikan banyak-banyak. Enggan sebenanya saya menerima ingus itu, tapi apa daya, mungkin cara ini memang yang terbaik. Tapi sekali lagi saya ragu, sampai akhirnya saya memutuskan untuk shalat Istikharah terlebih dahulu, semoga Tuhan memberi petunjuk.
Setelah shalat, pikiran terasa lebih jernih, dan bayangan ingus terus berkelebat di pikiran. Akhirnya dengan mengucap bismillah, saya terima ingus itu dengan lapang dada.
Benar apa yang dikatakan Poleng, dengan tangan berlumur ingus, rasanya tebing ini begitu mudah untuk didaki.
Tak sengaja saya menemukan jurus baru, telapak tangan dibiarkan terbuka lebar kemudian tangan didorongkan dengan sedikit memakai tenaga, sehingga ingus itu seolah menyembur dari telapak tangan dan menempel ke dinding batu yang jauh, tubuh saya pun dapat berayun ke tempat jauh, kira-kira seperti Spiderman.
“Lihat Poleng!”, teriak saya bangga, sambil bergelantungan kesana kemari.
“wau wau”, jawab Poleng yang artinya “hebat Tuan!!”, dan ia pun mencoba meniru gerakan saya.
Dengan jurus baru ini, akhirnya kami bermain dengan gembira, saya jadi Spiderman, sedangkan Poleng menjadi Mischa, itu penjahat dalam sinetron Cinta Fitri. Tak terasa hampir 8 jam kami bermain-main, sampai akhirnya kami sadar, bahwa itu kekanak-kanakan!. Kamipun kembali ke jalan yang benar, segera menemui Sinto Gendeng, di saat hari berubah senja.
“pasti kamu orang suruhan Haji Odang?”, terka Sinto Gendeng begitu melihat kami datang menghampirinya.
“wanita yang luar biasa sakti”, gumam saya begitu mendengar tebakannya yang tepat.
“saya tahu, tadi di FB Odang kebetulan OL…. tenang sudah saya siapkan pesanannya”, kata Sinto Gendeng sambil masuk ke dalam gubuknya. Jalannya bungkuk, ketika berjalan satu tangannya diarahkan bengkok ke atas sedangkan satunya lagi dibengkokkan ke bawah, sehingga tampak seperti huruf S yang berjalan.
Tak lama berselang dia keluar lagi sambil membawa kantong plastik berwarna hitam.
“ini opak-nya, Odang memang paling senang dengan opak….. sudah cepat pulang lagi, nanti keburu malam”, kata Sinto Gendeng polos.
Saya dan Poleng bertatapan.
“opak apa, mak?”, tanya saya penasaran.
“biasa, opak ketan… buatan emak… bilangin sama Odang, kalau lain kali pesan opak ambil sendiri…. Jangan nyuruh-nyuruh sama orang… kasihan jauh….. iya kan? Cape?”, ujar Sinto Gendeng sambil memperlihatkan makanan berbentuk bulat itu pada kami.
“Terus hubungan dengan Rusia?”, tanya saya, rasanya ingin menangis meronta-ronta.
“hah rahasia…..?”, tanya sinto Gendeng, sepertinya pendengarannya sudah tidak jelas.
“bukan rahasia mak, RUSIA!”, jelas saya dengan suara yang lebih keras.
“ah… ga usah pake rahasia-rahasia segala sama emak mah, tenang aja…. kalo ga bawa duit sih gampang, nanti lagi aja …. ditransfer!”, jawab Sinto Gendeng dengan wajah keluguan yang mempesona.
“ya udah kalo gitu, saya ambil opak-nya ya mak…”, jawab saya berhenti berharap, sambil mengambil kantong plastik hitam berisi opak.
Sayapun melangkah pulang dengan lunglai, sedang Poleng berlari berusaha menyusul sambil berkata “wau wau” yang artinya “celakalah Haji Odang, bercanda keterlaluan!”
“jangan begitu Poleng, ambil saja hikmahnya, dengan cara ini kita dipertemukan dengan jodoh kita”, kata saya, meskipun sebenarnya kesal juga.
“wau wau”, jawab Poleng cepat yang artinya “oh iya”.
Mungkin masih sekitar 14 jam lagi, kami sampai di Hutan Larangan. Tetapi Poleng sudah mengenakan batik dan peci dari sekarang. Rupanya dia tidak sabar.
“wau wau”, ucap Poleng yang artinya “Tuan, sudikah kiranya engkau menjadi wali nikahku?”
“tentu saja Poleng!”, jawab saya sambil terus berjalan.
“wau wau”, sambung Poleng yang artinya “kalau begitu sudikah Tuan menyumbangkan sedikit harta untuk mas kawinku?”.
“kamu ingin memberikan mas kawin apa?”, tanya saya.
“wau wau”, jawab Poleng cepat, yang artinya “mobil!”
“sebenarnya mas kawin itu tidak perlu yang memberatkan”, tukas saya mengutip sebuah hadits, tanpa bermaksud enggan memberinya mobil.
“wau wau”, kata Poleng yang artinya “kalau begitu permen karet saja, Tuan”.
“baiklah, jika itu memang kehendakmu”, jawab saya cepat.
Kali ini jarak menuju Hutan Larangan masih sekitar 1 km, tetapi nuansa perayaan pernikahan sudah terasa dari tempat saya melaporkan. Janur kuning, janur hijau dan janur merah terpasang berderet setiap 1 meter di sebelah kanan jalan. Sedangkan di kiri jalan, khusus untuk janur lambat.
Jarak semakin dekat, tetapi tiba-tiba Poleng berteriak sambil menunjuk ke arah sebuah janur. “wau wau”, kata Poleng yang artinya “tolong Tuan, bacakan padaku tulisan itu”.
Saya mengarahkan pandangan ke arah janur yang dimaksud Poleng, di bawah janur terdapat sebuah lambang hati berwarna pink yang terbuat dari styrofoam, disitu jelas tertulis “Ratu Ololeho & Hendri Suhendri”.
“wau wau”, kata Poleng yang artinya “mereka salah menulis nama saya, Tuan”.
Tanpa berpikir panjang, saya segera mendatangi seorang Hansip yang sedang berdinas menjaga tempat parkir. Sedangkan Poleng menulis namanya di tanah dengan kayu.
“wau wau” , yang artinya “P-O-L-E-N-G….. begitu seharusnya!!”, kata Poleng sambil menunjuk-nunjuk huruf yang baru ditulisnya di atas tanah.
|^_^|
:))
:)]
;))
;;)
:D
;)
:p
:((
:)
:(
:X
=((
:-o
:-/
:-*
:|
8-}
~x(
:-t
b-(
x(
=))