Chapter 13 - Bagian Yang Hilang
“nih, Pa Haji”, ucap saya singkat sambil menyimpan bungkusan opak di atas meja. Haji Odang yang sedang duduk santai pada sebuah dipan di teras rumahnya kemudian tertawa sepertinya puas telah mempermainkan kami. Poleng berdiri dengan posisi tidak mau duduk, itu tandanya marah.
“sudah ya Pa Haji, saya mau ke Mesir, mumpung masih siang”, kata saya sambil berdiri meninggalkan Haji Odang yang masih tertawa.
“Sebentar…sebentar… buru-buru amat!”, kata Pa Haji mencoba menahan kami. Kemudian ia membuka bungkusan opak itu, dan mengambilnya satu persatu kemudian dengan cekatan ia menyusunnya bagai sebuah puzzle di atas dipan-nya.
Hanya dalam hitungan menit, sudah tampak gambar peta dunia. Menakjubkan! Opak yang sebagian berwarna coklat tua, coklat muda, dan sebagian lagi seperti gosong, ternyata apabila disusun akan membentuk sebuah peta perjalanan dunia.
Haji Odang terus menyusun opak itu, sampai akhirnya dia kebingungan. Sepertinya mencari-cari, jangan-jangan masih ada opak yang tertinggal di dalam kantong plastik hitam.
“kenapa ya?”, kata Pak Odang dengan nada resah.
“kurang Pa Haji?”, saya berusaha menebak maksud perkataannya.
Haji Odang menunjuk ke beberapa bagian peta yang memang masih terlihat kosong. Poleng kemudian menatap saya dengan wajah penuh arti.
“Astaghfirullah, Pa Haji maaf saya lupa!! Waktu di jalan saya makan sedikit, dikirain ini opak biasa”, itu konfirmasi dari saya.
“nah kalau begitu, itu salah kalian, terpaksa saya hanya memberi informasi seadanya”, kali ini Pak Haji Odang berkata dengan nada serius.
“ya sudah, nasi sudah menjadi bubur kacang”, jawab saya pasrah diiringi oleh anggukan beberapa kali dari Poleng.
“nah lihat! ini Mesir, ini Rusia, terus ini apa ya?”, kata Haji Odang kebingungan menjelaskan pada satu bagian peta yang hilang.
“wau wau”, jawab Poleng yang artinya “Cilacap!”.
“Hus! Masa Cilacap di benua Amerika!”, sahut Haji Odang seolah tidak mau bercanda.
“yang pasti, semua tempat-tempat ini, diberi tanda panah menuju ke Falkland Islands”, sambung Haji Odang menerangkan maksud peta.
“wau wau” kata Poleng yang artinya “Falkland Islands itu dimana?”
“Ah kamu ini buta sekali Geografi!!!, Falkland Islands itu nama internasional untuk kepulauan Malvinas”, ujar Haji Odang kesal.
“jadi saya harus bagaimana?”, sambung saya.
“Harus ke Malvinas juga! Cuma…. mau apa kesana? mau ke siapa disana? Saya tidak bisa bantu kasih informasi… salah sendiri ini peta jadi tidak lengkap, apalagi yang hilang justru di bagian yang penting!”, kata Haji Odang sambil menggeleng-gelengkan kepala, pundak. lutut, dan kaki.
***
Waterblue International Airport, sebuah bandara berskala internasional kebanggan negeri Cipadung. Negerinya para dewata, dimana di Cipadung ini para dewa merasa kecil, hingga akhirnya mereka menyembah pada Tuhan.
Ketika memasuki area bandara, puluhan calo tiket langsung datang mengerubuti kami.
“bos tiketnya bos…?”, kata calo yang memakai jaket kulit dengan logat Batak.
Tapi kami tidak peduli dan terus berjalan menuju loket. “Sudah tidak ada Bang di loket, di kita saja, harganya sama… ayolah!”, calo itu menawarkan lagi setengah memaksa.
“Ya sudah beli 2!”, kata saya setelah tahu tiket di loket sudah diborong calo.
“Habis Bang kalo 2… cuma ada 1?”, ujar calo.
“ya kita perlunya 2”, jawab saya.
“Tenang saja, si abang ini masuknya sama saya!” kata calo sambil menunjuk ke arah Poleng.
“yakin ini bisa masuk untuk berdua?”, kata saya ragu.
“dijamin bos!”, jawab calo meyakinkan.
“berapa?”, tanya saya.
“7 juta bos”, kata calo mantap.
“yang benar saja, ngambil untung gede-gede banget!”, kata saya sedikit emosi, karena harga resmi yang tertulis di tiket hanya 35 ribu.
“kita juga dapat ngambil dari orang lain, Bang…. Ambil untung sedikit lah…..Cuma kebagian lima ribu perak”, ujar calo dengan wajah memelas.
Setelah proses ijab kabul tiket selesai, kami langsung berlari menuju pintu masuk karena waktu keberangkatan seperti yang tertera di tiket kira-kira 1 menit lagi. Kami akan menggunakan nomor penerbangan 05.
“Teng Tong Teng Tong….. Kepada calon penumpang, nomor penerbangan 05 tujuan Falkland Islands, penerbangan untuk sementara waktu mengalami penundaan, karena gangguan teknis, terima kasih…… huuuuuu”, ujar suara perempuan tanpa wujud yang menggunakan microphone, dan suara ‘huuu’ terakhir itu masih suara perempuan tadi dengan maksud takut keduluan teriakan penumpang yang kecewa.
“sudahlah Poleng, kita tunggu saja disini”, saran saya pada Poleng agar menunggu di ruang tunggu bandara.
|^_^|
:))
:)]
;))
;;)
:D
;)
:p
:((
:)
:(
:X
=((
:-o
:-/
:-*
:|
8-}
~x(
:-t
b-(
x(
=))